Bangkit dari Kebangkrutan

Diposkan oleh Unknown | 5:36 AM | | 0 komentar »

Bangkrut, siapa sih yang gak ngeri sama kata ini? Siapa pula yang ingin mengalami kebangkrutan. Tapi bisa saja saat sekarang ada rekan-rekan yang sedang mengalami kebangkrutan dan merasa frustasi dengan keadaan yang sedang rekan-rekan alami. Tulisan ini saya buat untuk rekan-rekan yang sedang mengalami kebangkrutan, dan mungkin merasa sangat frustasi, merasa putus asa karena tidak bisa melihat jalan keluarnya (apalagi yang sudah memiliki tanggungan, tekanannya pasti akan menjadi semakin berlipat kali ganda).


Saya pribadi juga pernah mengalami hal demikian, saya mengalami kebangkrutan karena ditipu oleh partner bisnis saya, yang bahkan saya tolong dengan membantu keuangannya dia. Karena ditipu itu bahkan mengakibatkan rencana saya mendiversifikasi usaha saya berujung pada kegagalan, modal yang sudah terlanjur saya tanamkan habis karena gagal membayar termin berikutnya sesuai kesepakatan. Aset-aset saya terpaksa harus saya jual untuk menutup kerugian, sehingga hampir tidak menyisakan apapun lagi kecuali bisnis utama saya (yang dengan kondisi ekonomi Indonesia belakangan ini juga mengalami penurunan dari segi omzet). Dua tahun pertama terasa seperti neraka, mati segan hidup tak mau, bila melihat kenyataan saya lebih memilih untuk mati saja. Beberapa kali saya memikirkan skenario untuk mati secara wajar agar Uang Pertanggungan Asuransi saya tetap keluar, sehingga istri dan anak-anak saya masih mendapatkan penghidupan yang layak walau tanpa saya.

Namun syukurlah, hal itu tidak terjadi karena orang-orang terdekat saya menyemangati. Saya merintis kesuksesan semua dari nol, saat menikahpun modal no, sehingga istri saya tidak masalah kami memulai lagi dari awal. Saya juga teringat guru saya Robert Kiyosaki pun pernah mengalami kejatuhan dan berhutang USD 1 juta, dan saya membaca banyak orang sukses pernah mengalami kebangkrutan, tetapi mereka masih ssemangat untuk bangkit. Butuh waktu dua tahun bagi saya pribadi untuk menerima kenyataan bahwa saya bangkrut. Benar kata pepatah makin tinggi kita makin sakit jatuhnya. Walau orang-orang terdekat saya selalu mendukung saya, tapi secara kejiwaan saya masih belum bisa pulih. Saya belum bisa menerima kenyataan bahwa saya kembali miskin secara harta. Namun dengan banyak berdoa dan berserah kepada Tuhan YME, akhirnya saya bisa menerima bahwa kebangkrutan yang saya alami merupakan suatu proses menuju sukses dan bukan akhir dari segalanya di dalam hidup saya.

Sekarang saya kembali merintis dari nol, tapi bukan berarti nol sama sekali. Kenapa? Saya sudah memiliki pengalaman (dan pengalaman adalah guru terbaik), saya memiliki networking yang kuat, perusahaan saya masih berjalan, bahkan sekarang saya sedang merintis perusahaan start up, sedang belajar berinvestasi di pasar modal, membangun bisnis jaringan, menjalankan biro arsitektur dengan nama saya sendiri, dan beberapa bisnis lagi sedang saya siapkan. Kebangkrutan yang saya alami beberapa waktu lalu membuat saya keluar dari zona nyaman saya dan membuat saya aktif mempelajari hal-hal yang baru dan melihat peluang baru, serta lebih menikmati hidup.

Oh yah, bagi rekan-rekan yang sedang merasakan namanya bangkrut kita bisa saling sharing dan juga mungkin bisa membaca buku karya pak Jaya Setiabudi, silahkan klik banner dibawah untuk membeli dengan harga khusus. Buku ini juga baik dibaca bagi rekan-rekan yang sedang merintis bisnis sehingga bisa menghindari kesalahan yang dapat membuat bangkrut.


Akhir kata dari saya, ingat bangkrut itu bukan akhir dari segalanya. Bangkrut adalah salah satu proses yang mungkin kita alami untuk menuju kesuksesan dan kebebasan finansial. Segala sakit yang kita rasakan saat bangkrut tidak sepadan dengan segala kenikmatan yang akan kita rasakan pada saat kita mencapai kesuksesan dan kebebasan finansial kita. Jadi tetap semangat dan jangan putus asa, bila merasa sedang sangat down, cari sahabat yang dapat membuat kita semangat dan positif kembali. Bila tidak merasa memiliki, silahkan bergabung bersama kami, insyaallah kami dengan senang hati menerima dan menguatkan.

0 komentar